
Belum lama ini, ketika seorang fotografer memberi arahan kepada pendiri Amazon.com, Jeff Bezos, untuk menutup mulut saat pengambilan gambar; CEO yang selalu tertawa ini tak lupa melucu. "Saya sering mendengar orang mengatakan itu kepada saya!" ujarnya, sambil tertawa keras.
Tentu saja, Bezos pernah mengalami hal yang lebih parah dari sekadar disuruh menutup mulut. Selama hampir setengah dari 13 tahun sejarah Amazon, ia sering dikritik Wall Street terutama karena bersikukuh membelanjakan banyak modal guna membangun kemampuan untuk mendukung berbagai layanan baru. Antara 2004 dan 2006, sementara banyak perusahaan internet bangkit, saham Amazon justru jatuh dari di atas $50 menjadi $26.
Namun, tampaknya sekarang terbukti bahwa BezosIah yang benar. Kini, Amazon muncul sebagai jawara e-commerce tanpa tandingan. Selain itu, sang CEO tengah menjalankan berbagai inisiatif pertumbuhan baru yang paling arnbisius dalam sejarah perusahaan. Mereka mulai menjual akses ke infrastruktur komputasi Amazon yang dibanggakan itu kepada perusahaan-perusahaan baru dan, belum lama ini, beberapa korporasi besar. Sementara itu, Bezos bersikeras bahwa Kindle (sebuah peranti membaca e-book yang diperkenalkan musim gugur lalu) dapat mencapai sukses dan memberi kontribusi bermakna kepada perusahaan yang bernilai $14 miliar itu.
Belum lama berselang, di kantor pusat Amazon di Seattle, Bezos berbincang dengan penulis senior BusinessWeek Peter Burrows mengenai pendekatannya terhadap inovasi termasuk soal cara melakukan inovasi dan tetap fokus saat kritikus mempertanyakan proyek berisiko tinggi.
Hanya segelintir CEO pernah mendapat kritik sebanyak Anda karena membelanjakan anggaran untuk inovasi, baik di masa cerah maupun suram. Apa filosofi Anda?
Saya berpendapat inovasi tak mengenal masa. Kita harus berinovasi ketika masa sulit ataupun masa jaya. Dan, kita harus melakukannya pada hal-hal yang diinginkan pelanggan. Bagi kami, keyakinan ini sedemikian mendarah daging sampai-sampai saya percaya kami tak punya pilihan lain.
Perusahaan Anda dikenal suka berhemat. Apakah itu juga berlaku dalam berinovasi?
Menurut saya, sama seperti rintangan lain, penghematan mendorong inovasi. Salah satu cara untuk keluar dari kesempitan adalah menemukan jalan keluar. Saat [pertama kali] mencoba mendapatkan pelanggan, kami tak memiliki uang untuk beriklan. Karenanya, kami menciptakan berbagai program asosiasi (yang memungkinkan situs mana pun membuat link ke situs kami) di mana kami berbagi pemasukan dengan mereka. Kami juga menciptakan pengalaman belanja dengan hanya satu klik saja sehingga dapat mempercepat proses pembelian. Semua itu tak membutuhkan anggaran besar, tapi pemikiran dan fokus kepada pelanggan.
Anda tampaknya mampu mengabaikan kritik Wall Street, pers, dan pihak-pihak lain yang menyerang investasi inovasi.
Saya percaya, jika ingin berinovasi, kita harus bersedia menerima kenyataan bahwa orang akan salah memahami kita. Ini poin penting. Jika kita ingin melakukan sesuatu yang belum pernah diterapkan sebelumnya dan itulah dasar inovasi, orang akan salah memahaminya karena memang baru.
Tetapi, tidakkah Anda berkewajiban menjaga harga saham?
Kami tak mengklaim pendekatan jangka panjang kami sebagai pendekatan yang benar. Kami hanya mengklaim ini cara kami. Pendekatan kami, sama jelasnya dengan perusahaan macam apa kami ini. Kami membiarkan investor untuk memilih.
Pernahkah Anda berkonsultasi soal strategi dengan pemegang saham jangka panjang?
Kami akan membahasnya dengan dewan direksi. Namun, kami tak akan membahasnya dengan investor luar. Salah satu hal yang menyenangkan, kami kini memiliki skala yang cukup besar. Karenanya, kami dapat melakukan berbagai eksperimen yang cukup besar tanpa memberi dampak signifikan terhadap keuangan jangka pendek. Selama tiga tahun terakhir, perusahaan ini mencatat kinerja finansial yang bagus. Pada saat bersamaan, kami berinvestasi pada Kindle dan berbagai layanan internet. Semua itu boleh dikata tak berdampak apa-apa,
Para akademisi menilai Amazon terampil dalam berbagai jenis inovasi mulai dari mencipta cara baru berbisnis hingga membuat berbagai perubahan kecil yang memperbaiki toko online Anda. Kini ada Kindle, produk peranti keras pertama Anda. Bagaimana Anda menyeimbangkan semua pendekatan ini?
Banyak inovasi kecil muncul setiap hari. Inovasi seperti itu sangat penting karena hal-hal itulah yang membuat operasi kami lebih efisien dan lebih rendah biaya. Pada akhirnya, kami dapat menawarkan harga yang lebih murah kepada pelanggan. Namun, ada sebuah spectrum di mana ujungnya adalah inovasi besar seperti Kindle, layanan internet, dan Amazon Prime [sebuah program keanggotaan yang menawarkan pengiriman qratis]. Untuk inovasi skala besar, kita harus memasang standar tinggi. Tak ada kata terlalu banyak ketika berkenaan dengan inovasi. Yang harus dilakukan adalah menyeleksi dengan benar.
Semua perusahaan mengklaim fokus pada pelanggan. Menurut Anda, mengapa hanya segelintir perusahaan yang benar-benar mampu melakukannya?
Perusahaan-perusahaan lebih focus pada kemahiran, dibanding pada kebutuhan pelanggan. Saat perusahaan berpikir soal memperluas bisnis ke suatu bidang baru, pertanyaan pertama haruslah "mengapa kita harus melakukannya, padahal kita tak punya kemahiran di bidang itu" Pendekatan ini memperpendek langkah perusahaan, karena dunia berubah, dan apa yang dulu dianggap canggih telah berganti menjadi sesuatu yang mungkin tak lagi dibutuhkan pelanggan.
Strategi yang lebih aman adalah memulai dengan "apa yang dibutuhkan pelanggan?" Lalu, lakukan inventarisasi kesenjangan kemampuan. Kindle adalah contoh yang sangat pas. Jika menetapkan strategi berdasarkan kemampuan, dan bukannya berdasarkan kebutuhan pelanggan kami tak akan pernah melakukannya. Kami harus mencari dan merekrut orang yang tahu cara membangun peranti keras ini dan menciptakan sebuah kompetensi yang sama sekali baru bagi perusahaan.
Bagaimana Anda membangun budaya yang nyaman tapi diwarnai berbagai inisiatif ambisius dan kontroversial?
Kami mengadakan tiga pertemuan akbar per tahun. Saya mengatakan kepada semua orang bahwa, jika harga saham naik 30% bulan ini, tolong jangan merasa 30%, Sebab saat harga saham turun 30% dalam sebulan, sungguh tidak enak rasanya berpikir bahwa kita 30% lebih bodoh.
Saat gelembung internet meletus, harga saham turun dari di atas $1 00 per lembar ke titik terendah, setelah peristiwa 11 September 2001. Tetapi, periode itu, berbagai fundamental bisnis terus dapat melihat harga saham bergerak ke arah yang dengan fundamental bisnis. Jadi, kami tak khawatir.
Apakah itu berarti menghadapi kritikan Wall Street bukanlah sebuah masalah manajemen?
Tidak juga Ini seperti mencoba membuat orang berpikir jangka panjang. Selain itu, orang yang ingin menjadi pelopor menemukan berbagai cara baru, pasti tahu akan ada sisi negatif. Akan ada saat-saat sukses ataupun gagal. Itu bukanlah masalah. Sebuah eksperimen tak bias dikatakan eksperimen jika kita sudah tahu bahwa hasilnya akan sukses.
Direktur Amazon, John Doerr, berpendapat Kindle bisa menuai sukses dan tumbuh menjadi sebuah bisnis bernilai $1 miliar.
Ada banyak orang yang suka membaca. Adakah potensi untuk menjadikannya sebuah bisnis yang signifikan? Saya percaya ada. Masalahnya tinggal bagaimana menjalankannya dengan benar. Kami sudah mengerjakan ini selama beberapa tahun.
Selama tiga tahun itu, pernahkah Anda berpikir untuk menghentikannya?
Sama sekali tidak. Saya ingat sebuah pertemuan salah seorang eksekutif berkata kepada saya,”Jadi sebenarnya seberapa besar anggaran yang Anda siapkan untuk Kindle?, "Saya menatapnya dan berkata, "Seberapa yang kita punya?"
Anda sungguh-sungguh?
Tentu! Kuncinya adalah memilih hal yang menurut benar-benar penting dan kemudian fokus pada hal itu.
Apakah Anda merasa dendam atas semua kritikan, mengingat keberhasilan perusahaan kini?
Tidak. Saya telah banyak mendapat kritik, tapi menyangkut harga saham. Tak pernah soal pengalaman pelanggan. Setelah gelembung internet pecah, saya berdiskusi dengan para kritikus paling kritis. Pada akhir mereka mengatakan, "Saya seorang pelanggan Amazon" Anda pasti tahu bahwa, jika orang yang keras mengkritik justru menjadi pelanggan terbaik,itu artinya Anda telah bekerja dengan benar.
Interview : Jeffrey Preston Bezos - CEO Amazon.com
Sumber : BUSINESSWEEK No.12 , 21 MEl 2008
Download to pdf : [klik di sini]