
Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal diperkirakan kian bertambah pada tahun-tahun mendatang. Kehadiran teknologi ini mengakibatkan perubahan model bisnis yang sangat cepat dan lebih kompleks. Perusahaan perlu melakukan penyesuaian karena mampu menurunkan biaya.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Sawidji Widoatmodjo, di sela-sela diskusi dan bedah buku New Business Model in Digital Age yang ditulis Sawidji, Senin (2/5), di Jakarta, menyampaikan, keberadaan teknologi informasi (TI) menuntut sejumlah perubahan model bisnis baru, antara lain model perusahaan, manajemen, transaksi, investasi, dan spekulasi. Jika dijalankan secara optimal dan tepat, model-model itu mampu menghasilkan produktivitas lebih tinggi.
Sawidji mengatakan, model ekonomi baru seperti itu telah menyebar ke sejumlah negara. Penggunaan TI sebagai faktor utama penunjang produktivitas diawali Amerika Serikat yang bangkit dari kesulitan ekonomi setelah tahun 1970-an. Faktor ini meningkatkan produktivitas sekaligus menurunkan biaya produksi. Keberadaannya sejalan dengan masuknya globalisasi.
Model-model turunan, lanjut Sawidji, mulai berkembang sekitar tahun 1990-an. Model perusahaan, misalnya. Model ini ditandai dengan perubahan paradigma pemimpin perusahaan dari mengutamakan hasil menjadi proses. Pemimpin sekarang juga memikirkan bagaimana mengelola bisnis yang berkelanjutan.
Perubahan model manajemen berkaitan dengan rekrutmen dan pengelolaan sumber daya manusia antara lain alih daya dan permintaan pengerjaan sebuah proyek dari satu perusahaan ke perusahaan lain (open sourcing). Mirip seperti alih daya, konsep ini lebih pada proyek-proyek pengerjaan perangkat lunak. Konsep dilakukan dua arah.
Terkait model transaksi, Sawidji mencontohkan fenomena transaksi daring yang sekarang tengah mewabah di Indonesia. Sementara itu, model investasi dan spekulasi baru dapat dilihat pada sumber-sumber perolehan dana untuk perusahaan berkembang. Sekarang, perusahaan berskala rintisan umumnya mempergunakan situs kumpul dana publik (crowdfunding) ataupun fasilitas di luar perbankan, seperti grup para investor dan sumbangan sukarela.
Pendiri Tokopedia, Leontinus Alpha Edison, menyebutkan, model perusahaan digital sudah mengedepankan riset. Alokasi dana yang dimiliki usaha rintisan, seperti Tokopedia, bahkan fokus ke pengembangan produk. Kegagalan mencipta menjadi bagian proses menuju manajemen bisnis yang lebih baik.
Sumber : http://print.kompas.com/baca/2016/05/03/Model-Bisnis-Baru-Tekan-Biaya